Sabtu, 26 Desember 2009

BECAKAYU, Kehadiranmu Sangat Kutunggu


Becakayu, ini bukan becak yang ayu atau cantik, bukan pula becak yang khusus berpenumpang ayu, bukan juga becak punya Bu Ayu, namun BECAKAYU adalah singkatan dari Bekasi Cawang Kampung Melayu. Ya, Becakayu adalah nama ruas jalan tol sepanjang 21,042 kilometer yang menyambungkan Bekasi-Cawang-KampungMelayu. Konon katanya ruas jalan tol ini dimulai dari Kampung Melayu dan melintas sepanjang kalimalang mulai dari Cawang sampai perempatan MM atau MetMol atau Metropolitan Mall kemudian belok kiri sepanjaang jalan Ahmad Yani, lalu menyeberang rel kereta masuk Jalan Perjuangan, menyeberang lagi masuk Jalan Agus Salim dan berakhir di Bekasi Jaya Indah (BJI).


Satu ide yang sangat cemerlang mengingat kemacetan Bekasi sudah sangat akut. Dengan hadirnya tol Becakayu ini dapat mengurangi beban kemacetan di Jalan KH Noer Ali atau sepanjang Kalimalang, Jalan Ahmad Yani dan dapat mempercepat arus lalu lintas dari arah Bekasi bagian utara seperti Wisma Asri, Teluk Pucung, Bumi Anggrek Karang Satria, Bekasi Jaya dan sekitarnya. Namun ide ini akan selamanya menjadi ide kalau tidak ada tindakan yang nyata yaitu melanjutkan kembali pembangunan tol becakayu.


Pembangunan jalan tol ini sudah diawali sejak tahun 1997 sebelum krisis moneter mendera negeri ini, namun dengan adanya krisis 1997 pembangunannya terhenti. Pada tahun 2007 seperti dimuat di http://www.pu.go.id/index.asp?link=Humas/news2003/ppw220207gtz.htm pembangunan jalan tol ini akan dilanjutkan kembali. Namun apa boleh buat sampai sekarang realisasinya tak kunjung tiba. Entah berapa lama lagi tiang tiang kokoh sepanjang sungai Kalimalang itu harus menunggu. Kalau dihitung sejak 1997 berarti tiang tiang itu telah berdiri selama 12 tahun. Andai saja mereka bisa bicara mungkin mereka akan bilang bahwa mereka sudah saatnya masuk SMP (he…he…he…iseng kali ye).


Lewat blog ini saya sebagai warga Bekasi punya harapan baik agar pembangunan tol Becakayu ini dapat dilanjutkan kembali. Bukan hanya suatu kebutuhan tapi dengan terealisasinya jalan tol ini warga Bekasi patut berbangga bahwa bukan hanya Jakarta yang mempunyai jalan tol dalam kota tetapi Bekasi juga punya. Becakayu…Becakayu… kehadiranmu sangat kutunggu.

Kamis, 24 Desember 2009

Malaspun Perlu Latihan dan Keberanian


“ah mosok sih, malas saja kok perlu latihan dan keberanian?” begitu gumamku dalam hati saat itu. Mungkin kalian juga akan sependapat dengan saya. Tapi eit…nanti dulu, begini ceritanya.


Adalah Pak Purdi E Chandra (www.purdiechandra.net/), bos Primagama, penebar virus entrepenuer paling dahsyat yang mengatakan itu kepada saya. Waktu itu pertengahan 2008 saya ada tugas kantor dan harus berangkat ke Medan. Siang itu saya berangkat dengan tiket kelas ekonomi dengan boarding pass no 17C. Entah kesalahan siapa ketika di ruang tunggu ternyata ada dua orang yang pegang boarding pass no 17C, saya dan seorang penumpang lainnya. Lalu saya coba meminta penjelasan kepada petugas dan akhirnya petugas bilang ke saya,”kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini dan bapak saya pindah ke bangku no 1B”. Artinya dengan tiket kelas ekonomi saya berhak duduk di bangku eksekutif, lumayan pikirku dalam hati, mengingat perjalanan Jakarta-Medan akan ditempuh dalam waktu 2 jam.


Dengan riang gembira saya masuk duluan ke kabin pesawat dengan harapan segera merasakan nikmatnya duduk di bangku eksekutif. Disaat penumpang lain masih berdesakan masuk pesawat, saya sudah duduk manis sambil minum orange juice. Sambil minum saya ‘clingak clinguk’ sendiri karena bangku sebelah saya memang masih kosong (kelihatan katrok kali ya, untung gak ada yang mengabadikan wajahku saat itu). Setelah semua penumpang masuk, gang mulai sepi, saya mulai berpikir jangan-jangan bangku sebelahku ini memang kosong lha wong harga tiket eksekutif sudah pasti mahal kok, kalau tidak Bos/pengusaha biasanya pejabat atau selebritis yang mampu beli tiket kelas ini. Tak lama kemudian lamunanku buyar ketika muncul seorang laki-laki dengan perawakan sedang pakai kaos dan celana jean nenteng sebuah koper. Laki-laki itu lewat samping saya lantas naruh koper di tray belakang kemudian kedepan lagi duduk di bangku no 1A dengan sebelumnya permisi dengan saya. Terus terang saya mulai agak keder saat itu, karena wajahnya saya pernah tahu dibeberapa poster/spanduk Primagama, pasti gak salah lagi deh ini yang namanya Pak Purdi E Chandra. Sejenak hening, saya diam saja sambil mendengarkan peragaan safety oleh pramugari selesai.


Pesawat mulai mengangkasa dan lampu mulai dinyalakan kembali. Pada saat itu dengan sedikit grogi saya beranikan untuk menyapa beliau. “Pak Purdi ya?” tanya saya. “Iya dik, kok tahu?” tanya beliau balik. “Iya tahu dong Pak, Bapak kan orang terkenal, Bapak yang punya Primagama itu kan?” lanjut saya. “Bukan, itu kan punya orang-orang itu, saya hanya tanda tangan saja kok” jawab Pak Purdi. Saya lihat di beberapa media bahwa Pak Purdi E Chandra ini sedang giat-giatnya menyebar virus entrepreneur, dia adalah seorang pengusaha sukses dan mempunyai media belajar menjadi pengusaha yaitu Entrepreneur University. Wah kesempatan bagus nih untuk ‘nyecep ilmu’ dari beliau ini. Akhirnya saya mulai membuka percakapan baru


Saya: “Boleh ngobrol Pak”
Pak Purdi: “O ya silahkan, tapi saya sedikit ngantuk ya”
Saya: “Boleh dong Pak bagi kiat-kiatnya untuk sukses jagi pengusaha seperti Bapak”
Pak Purdi: “Anda karyawan ya?
Saya: “Iya Pak, saya kerja di sebuah perusahaan penyedia telekomunikasi dan sekarang sedang ada tugas ke Medan”
Pak Purdi:”Gajinya gede dong”
Saya:”Ya lumayan Pak, tapi ya capek juga sudah 7 tahun saya mesti keliling seperti ini”
Pak Purdi:”Kalau mau jadi pengusaha gampang dik, syaratnya harus malas”
Saya:”Lho kok?”
Pak Purdi:”Lho iya, contohnya anda jadi karyawan masuk jam 8 pagi pulang jam 5 sore, setiap hari harus masuk kecuali hari libur, iya kan?”
Saya;”Iya Pak”
Pak Purdi:”Nah, kalau jadi pengusaha mau masuk jam berapapun gak masalah, orang gak ada yang marahi kok, coba anda karyawan telat pasti dimarahi sama Bos kan?”
Saya:”Iya Pak” kayaknya saya hanya iya-iya aja nih, karena masih bingung mau jadi pengusaha kok disuruh malas.
Pak Purdi: ”Bahkan tidak masuk seminggu, sebulan, setahunpun gak masalah, makanya kalau mau jadi pengusaha harus latihan malas, malaspun perlu latihan dan keberanian”
Saya:”walah, malas saja kok harus latihan dan butuh keberanian ya” (pikirku dalam hati)
Pak Purdi:”Kapan anda siap jadi pengusaha?”
Saya:”maunya secepatnya Pak”
Pak Purdi:”Secepatnya itu kapan? Besok, bulan depan, tahun depan atau nunggu pensiun? Kalau nunggu pensiun kelamaan. Kalau pengin cepet kamu harus latihan malas, mbolos sehari, dua hari, seminggu, lama lama nanti kan diPHK, nah kalau sudah diPHK jadilah pengusaha”
Saya: “walah kutu kupret ini, maksud hati mau minta ilmunya kok malah disuruh malas” (gumamku dalam hati) “piye to wong iki”


Selanjutnya ngobrol masalah lain, asal usul , ngalor ngidul dan akhirnya beliau pamit tidur dulu karena capek keliling, termasuk ke Medan ini beliau akan membuka seminar di Hotel Garuda Plasa Medan tapi sudah telat kata beliau. O halah pantesan kok saya disuruh belajar malas, ini pasti gara-gara malas nih jadinya telat. Sambil nunggu pesawat landing saya mulai mencerna sedikit demi sedikit kata-kata Pak Purdi tadi ‘malaspun perlu latihan dan keberanian’. Apa iya sih? Akhirnya pesawat landing di Polonia dan kami berpisah, Pak Purdie dijemput ke Hotel dan saya naik taksi menuju tujuan saya.


Sepulangnya di Jakarta saya masih penasaran dan mulai mencoba membuktikan kata-kata Bos Primagama beberapa hari lalu itu. Hari kerja adalah 5 hari, Senin-Jumat. Saya mulai berpikir kalau hari Senin saya gak masuk kayaknya enak nih, liburnya jadi 3 hari, lagian kalau Senin kan macetnya memang gila-gilaan. Akhirnya Senin saya mulai tidak masuk. Minggu berikutnya saya mulai mengamati, kalau hari Jumat sore jalanan macetnya minta ampun, orang-orang berburu pulang cepat, nah…kalau hari Jumat saya libur kayaknya enak juga nih. Akhirnya Jumat saya gak masuk, jadi seminggu saya cuma masuk Selasa-Kamis. Sejak saat itu saya mulai ngeh bahwa malas itu perlu latihan dan keberanian. Benar, pertama bolos saya juga was was, nanti kalau Bos saya nyariin gimana, kalau ada temen nanya saya jawab apa dong? Disitulah dibutuhkan keberanian. Akhirnya karena latihan, saya jadi semakin berani, seminggu saya tidak masuk kantor sama sekali, bahkan satu bulan saya hanya masuk 2-3 hari saja yaitu waktu ngisi timesheet dan habis gajian (tolong yang ini jangan ditiru ya, makan gaji buta). Bahkan suatu ketika saya ditanya oleh seorang kawan di komunitas TDA Bekasi, Pak Dewanto Purnomo namanya, beliau pakarindonesia (www.PakarIndonesia.com),WebMarketingIndonesia (www.WebMarketingIndonesia.com ) Beliau tanya begini,”besok kan hari kerja mas, emang sampeyan gak masuk kantor?” , “nggak Pak, saya kan mobile office, posisi sih boleh dimana aja tidak harus di kantor yang penting komunikasi jalan kerjaan jalan.” jawab saya, padahal beliau gak tahu kalau saya sedang latihan malas he…he…he…, maaf ya Pak Dewanto (kalau ingat Pak Dewanto ini jadi ingat seorang tokoh di sinetron Bajaj Bajuri karena seringnya minta maaf).


Pada suatu hari di awal 2009 saya dipanggil oleh Bos saya. Wah kayaknya akan kena marah besar nih, pikir saya. Ternyata dia bilang begini “Sis, karena pekerjaanmu yang sekarang sudah habis maka saya bermaksud mengalihkan posisi kamu ke pekerjaan yang baru, ini adalah kesempatan yang baik dan promosi buat kamu” . Tapi karena penyakit malas saya sudah akut akhirnya saya jawab “ malas Bos, saya kurang suka dengan pekerjaan itu, saya lebih suka diPHK saja”. “Saya jawab, saya tidak akan memPHK kamu dan tidak ada program PHK buat kamu, terus terang kamu masih dibutuhkan disini” jawab Bos saya. Akhirnya pertemuan itu menemui jalan buntu. Pertemuan kedua, ketigapun sama dan selanjutnya permasalahannya dilempar ke HRD. Selanjutnya saya dipanggil HRD, saya diminta dalam waktu satu minggu untuk memberikan jawaban atas penawaran yang telah disampaikan oleh Bos saya, menerima posisi itu atau akan di warning letter karena mangkir dari tugas. Sekali lagi saya tetep pada jawaban yang sama, saya diPHK saja (kayaknya memang sudah kronis penyakit malasku). Saya coba minta pendapat juga ke salah seorang teman, teman SMP-SMA saya, dia ketua SPSI di tempat kerjanya. Saya ceritakan permasalahan saya, lalu dia jawab “kamu salah, itu artinya kamu mangkir dari pekerjaan, seharusnya kamu terima sepanjang hak-hak kamu sebagai karyawan dan segala fasilitas yang terkait dengan pekerjaan baru itu dipenuhi. Kamu boleh menolak kalau hak-hak kamu diingkari, tapi kalau nggak ya nggak ada alasan untuk menolak. Kalau semua orang seperti kamu bisa bubar jalan perusahaan” Wah ndak kompak arek iki, maksud saya mau cari celah biar cepat diPHK malah disuruh menerima tawaran.


Namun apa hendak dikata di pertengahan Juli 2009 tepatnya tanggal 13 Juli 2009 jam 19:00 ketika saya sedang dijalan, dilampu merah Cibitung, ceritanya sedang perjalanan pulang dari SGC Cikarang ke rumah saya di Bumi Anggrek Bekasi, saya ditelepon oleh HRD, dia bilang”your wish come true Pak, besok Bapak datang menghadap saya, selamat ya” lho apaan nih kok pakai selamat segala, lalu saya jawab”OK Bu, besok saya datang”. Singkat cerita saya diminta untuk menandatangani surat perjanjian kesepakatan bahwa saya menerima untuk diPHK dengan perhitungan pesangon sekian sekian dan akan efektif satu bulan setelah surat tersebut saya tanda tangani. Enak juga pikir saya, sudah malas, diPHK disangoni lagi, terima kasih ya Bu, terima kasih Bos, semoga Tuhan membalas kebaikan anda semua. Tepat 14 Agustus 2009 menjelang bulan Ramadhan 1430H saya resmi keluar dari tempat dimana saya telah 8.5 tahun mengabdikan diri disana. Selamat tinggal kawan, hidup adalah pilihan dan pilihan saya adalah keluar untuk mengejar meraih mimpi besar saya dengan harapan baik saya akan lebih sukses dijalan yang baru ini sesukses atau bahkan lebih sukses dari orang yang telah menyebarkan virus ‘malas’ (baca: sukses) kepada saya yaitu Bapak Purdi E Chandra. Terima kasih Pak Purdi, kata kata anda memang ces pleng.

Kamis, 20 November 2008

Di balik kesulitan tersimpan peluang

Kita masih ingat beberapa tahun lalu ketika bensin naik menjadi Rp.4,500 dari semula Rp.2,100 dan beberapa bulan kemudian naik lagi menjadi Rp.6,000. Demikian juga yang terjadi dengan BBM jenis lainnya termasuk solar yang menjadi Rp.5,500. Semua lapisan masyarakat terhenyak, ada yang bingung, jengkel, marah, panik, sedih, ngumpat dan segala macam reaksi lainnya. Semua dalam kondisi sulit, ibu rumah tangga sulit mengatur uang bulanan yang gak nambah, para pekerja laju bingung ngatur ongkos transportnya, pelaku usaha sulit menekan ongkos produksinya dan disisi lain daya beli turun drastis, tak terkecuali para nelayan di sepanjang pantura mulai dari Rembang, Juwana, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal juga kesulitan melaut.

Para nelayan ini sulit melaut karena biaya perbekalan yang naik drastis dan tidak bisa lagi tertutupi dengan hasil melautnya. Akibatnya banyak kapal yang digrounded/dicencang. Sebagai contoh kapal group jarum yang semula merajai PPI(Pangkalan Pendaratan Ikan) di Juwana akhirnya dicencang memenuhi kali juwana. Kisah yang sama juga terjadi disentra-sentra perikanan laut Jawa Tengah seperti Pekalongan, Tegal, Pemalang. Biaya perbekalan yang ratusan juta itu tidak bisa ditutup hanya dengan sekali melaut selama 3 minggu sampai 1 bulan walaupun pulang dengan muatan ikan penuh. Nelayan sudah mulai frustasi, kayak pepatah hidup segan mati tak hendak, kalau tidak melaut, mau ngapain? wong kerjanya emang di laut, tapi kalau melaut kok nombok terus. Capek deh....

Dari kesulitan seperti inilah kemudian muncul ide baru, yaitu 'kapal penampung'. Dengan adanya kapal penampung inilah, yang setahun terakhir ini bisa membuat kehidupan nelayan di Juwana bergairah kembali, layaknya 'bonggol suket teki' yang sudah kering berdebu lalu kesiram hujan, langsung semi tumbuh dan hijau kembali memenuhi ladang.

Sekarang ada 2 istilah kapal nelayan di Juwana:
1. Kapal penangkap: kapal yang dilengkapi dengan alat penangkap ikan.
2. Kapal penampung: kapal yang tidak dilengkapi alat penangkap, biasanya ukurannya lebih kecil, dengan muatan 20-25 ton ikan.
Kapal penampung ini idenya sederhana saja, karena tidak punya alat penangkap, mereka berangkat melaut belakangan setelah beberapa hari kapal penangkap berangkat. Setelah ada informasi bahwa kapal penangkap mendapat ikan tangkapan barulah kapal penampung ini meluncur. Jangan salah lho masing-masing kapal ini sudah dilengkapi dengan radio komunikasi yang memungkinkan bisa berkomunikasi antar kapal dan juga dengan Bos di darat. Selain itu juga dilengkapi dengan GPS (global positioning system) dan juga kompas. Jadi bukan perkara sulit bagi kapal penampung untuk menemukan posisi kapal penangkap. Bahkan ketika kapal-kapal ini berada dekat pulau-pulau kecil tengah laut seperti bawean, masalembo, kangean, para nelayan ini bisa bersms ria dengan keluarga di rumah karena layanan telpon selular juga sudah masuk kesana.

Kapal penampung ini pada dasarnya adalah pedagang ikan, mereka membeli ikan di tengah laut lalu menjualnya kembali di darat/PPI. Dengan transaksi ini kedua belah pihak diuntungkan. Kapal penampung untung dari selisih harga di tengah laut dan harga di darat, dan biaya perbekalannyapun tidak terlalu besar karena BBM hanya untuk pergi pulang saja, ABK (anak buah kapal) hanya sekitar 6-8 orang sehingga bekal makanan tidak terlalu banyak, beda dengan kapal penangkap yang jumlah ABKnya sekitar 30an orang.Kapal penangkap untung, karena mereka bisa menjual ikan tanpa harus mengorbankan BBM untuk pulang pergi, dan mereka bisa menangkap ikan lagi, jual lagi, tangkap lagi, jual lagi sampai hasil penjualannya bisa menutup perbekalan dan dapat untung barulah mereka pulang dengan penuh muatan ikan untuk dijual langsung ke PPI. Jadi jangan heran kalau kapal penangkap ini bisa 2 bulan di tengah laut. Beda dengan kapal penampung yang rata-rata 1 minggu sudah balik ke darat. Dalam 2 bulan tersebut kapal penangkap bisa membukukan penjualan rata-rata 400-500jt, bahkan ada yang 700jt. Wah lumayan juga ya, dengan 700jt bisa langsung beli armada lagi neh, walaupun seken.

Ada keuntungan lain yang bisa didapat oleh kapal-kapal penampung ini. Mereka bisa mendapatkan dagangan/ikan di tengah laut tanpa keluar uang sepeserpun. Kok bisa ya? Bisa saja, karena para pemilik kapal, nahkoda kapal dan ABK itu rata-rata adalah tetangga sendiri, mereka sudah saling kenal bahkan akrab, jadi dengan hubungan baik ini penampung bisa membawa ikan dan membayarnya nanti setelah selesai lelang di PPI dan pembayarannya langsung diserahkan ke pengurus/pemilik kapal penangkap bersangkutan. Enak kan...? Kecuali kalau membeli ikan dari kapal pekalongan/tegal, kita harus bayar kes. Tetapi ada beberapa yang sudah kenal, dan pola diataspun bisa diterapkan. Intinya adalah saling percaya. Sekali mereka berkhianat, selamanya tidak akan mendapatkan dagangan, karena kebusukkan itu akan dibrodkes ke semua kapal penangkap dan tamatlah riwayatnya.
Yo, siapa mau jemput peluang di tengah laut?

Selasa, 18 November 2008

Ibu...perut Ratih sakit....dielus-elus.

Minggu kemarin menjadi minggu yang sedikit melelahkan bagi kami sekeluarga, lantaran si kecilku Ratih mendadak batuk. Pikir saya, biasalah musim pancaroba begini, kadang panas kadang hujan turun tiba-tiba, kalau tidak jaga stamina baik-baik, penyakit musiman akan mudah menyerang. Tak terkecuali Ratih kecilku ini. Batuk sudah mulai mendera sejak hari Minggu sore dan dilanjut sampai Minggu malem. Namun tidak seperti biasa di malam itu, si kecil ini tiba-tiba bangun dan bilang ke ibunya bahwa perutnya sakit. Ditanya ibunya,"Ratih mau pipis?" , "tidak.", jawab sikecil. "Ratih mau ke belakang?" tanya ibunya lagi, "Tidak." sahut sikecil kemudian. "Ratih mau dielus-elus" kata si kecil sambil menunjukkan bagian perut yang diinginkannya.
Keesokan harinya baru kami bawa Ratih ke dokter langganan dekat rumah, memang Dokter inilah yang menjadi langganan keluarga kami, dan semua riwayat kesehatan anak-anak kami ada disini. Setelah diperiksa, sikecil diberikan obat untuk pereda batuk pilek dan untuk perut, dokter tidak menemukan sesuatu hanya kami diberi surat pengantar untuk melalukan tes urine di Lab. Ada dugaan terjadi infeksi di saluran kencing. Baru esok harinya setelah Ratih bangun, kami tampung air kencingnya dan dengan segera pula saya bawa hasil kencing ke Lab Rumah Sakit yang ditunjuk oleh dokter. Jam 07:00 saya sampai di Lab. jam 09:00 hasilnya sudah saya terima. Sore harinya langsung kami bawa hasil Lab. ke dokter untuk dianalisa. Seperti dugaan awal bahwa terjadi infeksi saluran kencing adalah benar. Namun dokter belum bisa memastikan jenis kuman/bakteri yang menyebabkan terjadinya infeksi tersebut. Lagi-lagi kami dirujuk untuk melakukan tes urine lanjutan untuk memastikan jenis bakteri, agar dokter dapat memberikan tindakan yang tepat. Kamis 13 Nov kembali saya bawa air kencing Ratih ke Lab. untuk bahan tes kultur dan memastikan jenis bakteri yang terkandung disana, yang hasilnya bisa diambil seminggu kemudian. Sabtu 15 Nov Ratih juga harus di USG untuk memastikan tidak ada kelainan anatomi di dalam perutnya termasuk ginjal dan saluran kemihnya. Sebab kata dokter kalau ada kelainan anatomi dikhawatirkan infeksi saluran kemih akan terus berulang dan bisa menyebabkan gagal ginjal, wah ngeri juga ya. Akhirnya kami bersyukur bahwa pada Sabtu sore itu juga kami dapat mengetahui hasil USG yang menyatakan tidak ada kelainan apapun dan semua dalam kondisi baik. Sedang hasil kultur yang seharusnya tanggal 20 Nov baru bisa diambil, ternyata senin siang 17 Nov kami sudah ditelpon prodia untuk mengambil hasil tes kultur Ratih. Senin sore itu juga saya ambil hasil lab dan langsung ke Dokter. Dokter bilang habiskan dulu obat yang kemarin, setelah itu baru kontrol 2 hari lagi. Ratih, cepet sembuh ya nak.

Rabu, 05 November 2008

Balon... balon....siapa beli balon...??

Entah sejak kapan Ratih kecilku yang sekarang ini 3.5th kenal jualan. Setiap ada barang apapun dihadapannya selalu saja ada idenya untuk jualan. Lihat saja aksinya ketika dia memegang boneka kayu berupa kucing-kucing kecil yang berwarna-warni. Dengan berlari kesana kemari dia menawarkan kesemua orang yang dijumpainya.

"Ibu beli balon?", penawaran pertama jatuh pada ibunya yang sedang duduk di kursi depan. "tidak", jawab ibunya singkat. Rupanya sikecil ini tidak menyerah begitu saja, "Ibu mau balon yang merah atau yang biru?, balonnya bagus-bagus lho...", kejarnya lagi. "Ayo...ibu beli balonnya Ratih dong...kan Ratih jualan", pintanya sekali lagi. Akhirnya ibunya yang dari tadi hanya memperhatikan terusik juga, "ya udah ibu beli balon yang merah aja, harganya berapa?". "Enam ribu", jawab sikecil cepat, kemudian dengan cepat juga dia mengambil balon merah dari genggaman lalu diberikan ke ibunya, setelah itu mengambil sesuatu dari kantong bajunya dan diberikan juga ke ibunya sambil bilang,"nih uangnya". "Lho, kan ibu yang beli, jadi ibu yang harus bayar ke Ratih", jelas ibunya. "Nggak, ini balonnya, ini uangnya, Ratih aja yang bayar", jelas sikecil gak mau kalah.

Saya yang dari tadi memperhatikan hanya bisa tersenyum melihat tingkah polah sikecil ini. Mungkin di benak dia, bahwa jualan itu mesti ada penjual, ada pembeli, ada barang yang dijual dan ada bayar membayar yaitu serah terima uang. Terlepas siapa yang harus membayar dan siapa yang harus terima uang dia belum ngerti....he...he....namanya juga anak-anak. Memang menarik dunia anak-anak, lucu, alami, tidak ada rekayasa, penuh kepolosan.

Satu hal yang saya perhatian adalah, dia tidak akan bergeming kalau belum terjadi deal transaksi. Dengan segala upaya dan kemampuannya dia tetap terus menawarkan dagangannya. Setelah terjadi transaksi barulah dia beranjak dan mencari calon customer selanjutnya. Sasaran berikutnya tentu saja saya yang dari tadi duduk memperhatikan dari samping pintu.


Rabu, 29 Oktober 2008

Abimanyu


Abimanyu terdiri dari dua kata Sanskerta, yaitu abhi (berani) dan man'yu (tabiat). Dalam bahasa Sansekerta, kata Abhiman'yu secara harfiah berarti "ia yang memiliki sifat tak kenal takut" atau "yang bersifat kepahlawanan".
http://id.wikipedia.org/wiki/Abimanyu#Arti_nama

Abimanyu ABIMANYU dikenal pula dengan nama : Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pangalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana. Ia merupakan putra Arjuna, salah satu dari lima satria Pandawa dengan Dewi Sumbadra, putri Prabu Basudewa, raja Negara Mandura dengan Dewi Badrahini. Ia mempunyaai 13 orang saudara lain ibu, yaitu : Sumitra, Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni, Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabakusuma, Wijanarka, Anantadewa dan Bambang Sumbada. Abimanyu merupakan makhluk kekasih Dewata. Sejak dalam kandungan ia telah mendapat “Wahyu Hidayat”, yang mempunyai daya : mengerti dalam segala hal. Setelah dewasa ia mendapat “wahyu Cakraningrat”, suatu wahyu yang dapat menurunkan raja-raja besar. Abimanyu mempunyai sifat dan perwatakan; halus, baik tingkah lakunya, ucapannya terang, hatinya keras, besar tanggung jawabnya dan pemberani. Dalam olah keprajuritan ia mendapat ajaran dari ayahnya, Arjuna. Sedang dalam olah ilmu kebathinan mendapat ajaran dari kakeknya, Bagawan Abiyasa. Abimanyu tinggal di kesatrian Palangkawati, setelah dapat mengalahkan Prabu Jayamurcita. Ia mempunyai dua orang isteri, yaitu : 1. Dewi Siti Sundari, putri Prabu Kresna , Raja Negara Dwarawati dengan Dewi Pratiwi, dan 2. Dewi Utari, putri Prabu Matswapati dengan Dewi Ni Yutisnawati, dari negara Wirata, dan berputra Parikesit. Abimanyu gugur dalam perang Bharatayuda oleh gada Kyai Glinggang milik Jayadrata, satria Banakeling.

Mau nulis apa?

Mau nulis apa ya? itulah pertanyaan pertama setelah saya create blog ini. Terus terang sudah lama sekali saya mendengar istilah blog ini, bahkan setiap saat juga mengunjungi blog orang lain, tapi baru kali ini saya membuat blog sendiri, telmi (telat mikir) atau gak gaul gitu kali istilah anak sekarang. Apa aja deh, yang jelas itulah saya.

Dulu sebelum blog ini populer, mungkin setiap orang punya yang namanya buku harian/diary, buku agenda atau apalah namanya yang jelas suatu tempat/arena dimana seseorang bisa menuliskan apa saja, menuangkan cerita, ide-ide, menyimpan photo-photo kenangan, alamat, nomor telepon, dll. Tapi setelah diperkenalkan blog, orang mulai beralih ke blog dan bahkan bisa berbagi/share informasi apa saja ke sebanyak mungkin orang yang dia ingankan.

Kembali ke persoalan saya, saya sendiri termasuk orang yang jauh dari yang namanya buku harian/buku agenda. Jadi jarang atau bahkan tak pernah yang namanya nulis-nulis di buku harian. Apaan sih, gitu pikir saya. Pernah suatu kali beli juga yang namanya buku harian karena melihat beberapa teman kok punya buku harian. Setelah dibeli, tulis nama, alamat dan beberapa data pribadi, ya udah gitu aja dibiarin kosong, paling banter catatan nomor telepon, karena waktu itu belum ada handphone...he...he....lucu kali ya.
Setiap tahun saya juga pasti dapet jatah yang namanya buku agenda dari kantor. Nasibnya juga sama, tulis nama, beberapa data pribadi lalu taruh, bahkan sampai ganti tahun dan dapat agenda yang baru, agenda lama masih kosong, aneh ya? Bahkan buku agenda 2008 yang tahunnya sudah mau habis masih halus mulus belum terjamah.

Itulah kenapa judul "Mau nulis apa" ini saya posting pertama kali. Anggaplah ini arena saya untuk belajar menulis, mendokumentasikan apa saja tentang hiruk pikuk kehidupan dunia ini semoga suatu saat bisa berguna buat banyak orang. Buat rekan-rekan yang sudah terbiasa dengan dunia tulis menulis, tolong masukannya, trigernya supaya saya lebih produktif lagi untuk mengisi blog ini. Terima kasih.